Senin, 17 September 2012

My Love Story (part.1)

"Amey... boleh kemari sebentaaar saja!" sahut pria berkulit putih, sipit, tinggi, tampan pula mirip salah satu artis Korea dalam drama seri BBF (Boys Before Flower) dari balik pintu kelasnya dengan setengah membungkuk, sementara aku tengah asik berbincang-bincang dengan salah seorang sahabatku Raka di depan balkon kelas kami yang berdekatan dengan kelasnya. O iyaa nama pria yang telah kusebutkan ciri-cirinya tadi itu adalah Zacky, kakak kelasku yang akhir-akhir ini sering memperhatikan dan menggodaku setiap kali melewati kelasnya. Yaa mau bagaimana lagi... mau tidak mau untuk menuju kelasku tentunya aku harus melewati rintangan para pria berbadan tinggi dan tampan yang sering menggoda "Dassar kaka-kakak ganjen!'', tetapi aku tidak begitu tertarik walaupun mereka tampak sempurna, tentunya bagi para gadis-gadis yang mendambakan pria keren, mereka termasuk kedalam itu begitupun dengan Zacky. Zacky yang cakep, keren, selalu dikelilingi gadis-gadis dengan seragam sekolah yang tak sewajarnya, seperti yang kebanjiran karena rok mereka pendek diatas mata kaki, padahal aturan sekolah tidak demikian. Anda dapat bayangkan? mereka para gadis ber-rok banjir selalu menjadi langganan guru BP dan Kesiswaan setiap hari Senin seusai upacara bendera pasti rok mereka lipatan bawahnya telah di robek dengan silet oleh para anggota OSIS/MPK, salah satunya aku sebagai sekretaris 1 di OSIS masa itu. O iyaa ketika Kakak Zacky memanggilku aku tak langsung menghampirinya, karena perasaan takut di godanya dan malu sebagai adik kelas, maka dari itu aku meminta pendapat pada Raka "Boy, gimana doong? aku ga mau nyamperin kakak ganjen" Boy adalah sapaan akrabku pada Raka "Samperin aja Meey liat deh beda muka yang mau ngejailin sama muka serius, kayanya emang ada kepentingan kali sama kamu... samperin gih..!" dengan nada setengah menyuruh, tetapi aku bersi keras untuk tidak menghapiri Kak Zacky "Aaah, gak mau.. males.. malu.." Raka menepuk pundakku "Ya sudah... aku antar kesananya ya... kasian tuh udah nunggu depan kelas mumpung kakak kelas lainnya gak ada, jadi gak akan malu banget yah.. ayoo cepet ditemenin!" sambil menuntun tanganku ke arah Kak Zacky, sementara aku menunduk saja... biasa mungkin karena gerogi. "Ameey.. Kakak mau bicaranya sama kamu, bukan sama Raka" dengan senyumnya yang memesona, aku mengangkat kepalaku dan menatap Raka dengan muka manyun sendangkan Raka malah tersenyum kemudian berlari dan membiarkanku dengan Kak Zacky tertahan di depan pintu kelasnya. "Aaaarrg! shit maaan shit maaan!" teriakku dalam hati. “A,a,a,a,da apa kak panggil saya?” Karena gerogi aku pun gugup dan terbata-bata dengan setengah menunduk tak sanggup menatap mata Kak Zacky yang cokelat itu dan ia tersenyum saja melihat tingkahku. “Ameey gak usah malu gitu... gak usah takut juga... Kakak ga jahat kok, Kakak gak akan macem-macem...” dia masih saja dalam keadaan tersenyum dan aku mulai memberanikan diri untuk menatapnya “Terus... mau apa?” tangannya yang panjang menepuk pundakku “Ameey bisa gak nanti pulang sekolah Kakak minta waktunya sebentaaar saja, ada yang mau Kakak omongin” aku pun tertegun kemudian...“mmm ngomongin masalah apa ya Kak?” kemudian bel tanda masuk berbunyi “Nanti saja ya, udah masuk, nanti pulang sekolah Kakak tunggu di kantin deket gerbang” yaampuuun hampir saja terhipnotis melihat dia terus tersenyum, senyumnya yang manis, menggoda dan memesona “Ya Tuhaaan indah sekali oooo no, no, no jangan sampai aku menyukainya!”, aku pun meninggalkan Kak Zacky dan berlari menuju kelasku. 3 jam lagi aku harus menemuinya? Haruskah? “Hey! Malah ngelamun tadi Zacky bilang apa?” Raka mengagetkanku dan duduk di sampingku tempat duduknya Rani yang sebangku denganku ia tempati “Yaampun Boooy kaget tauuu! Engga, dia gak bilang apa-apa.. tapi dia nyuruh aku nemuin dia di kantin deket gerbang, katanya ada yang mau diomongin gak tau ngomongin apa...” “Ooh.. begitu ya? Berarti kita gak pulang bareng ya sekarang?” “Booy... ya gimana? sebaiknya aku temuin apa engga? Ah lebih baik gak usah deeh aku pengen di anter beli sterofoam ya..!” “Ya.. terserah kamu sih.. kan kamu udah ada janji sama dia, kasian..” “Iya tapi kan aku gak ngomong iya bakal nemuin dia, yaa hak aku dong aku dateng atau engga” Raka menepuk pundakku “Meey, kamu itu harus bisa menghargai orang, gimana kalo ternyata dia nunggu berjam-jam tapi kamu gak dateng... kasian Meey” aku pun sedikit membentak pada Raka “Iiii tapi kan aku gak mau.. aku gak mau... yaa siapa suruh begitu? Toh aku juga belum ngasi kepastian bakal nemuin dia ato engga” “Yasudah Meey ma’aaaf aku ga maksa buat nemuin dia, cuma ngasi tau aja.. yaudah.. berarti kita pulang bareng ya.. mau beli sterofoam dimana?” “Iya iyaaa, di toko Melati yang di Jl. Siti Jenab aja ya.. sekalian, aku pengen kerumah nenek yang di Kaum” Raka mencubit pipiku “iya iya Ameey” “Iiii sakit tau... ada ibu!” Raka pun segera pindah ketempat duduknya. 3 jam kemudian... bel tanda pulang pun berbunyi... “Ayo Meey...!” ajak Raka padaku, aku senang memiliki sahabat pria seperti Raka, dia selalu melindungiku dari kakak-kakak kelas yang nakal, karena hanya kelas aku satu-satunya kelas VIII yang ada di lantai dua, sementara yang lainnya kelas IX, kelasku terletak paling ujung dan jauh dari tangga, maka aku tak berani jika harus berjalan sendiri, takut diganggu... untung ada Raka yang selalu menemaniku.